Langsung ke konten utama

“Living Below Your Means”



Ada pepatah Indonesia besar pasak daripada tiang. Mungkin itu yang banyak menjadi persoalan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Mau seberapa besarnya penghasilan anda setinggi apapun karir kita selama pengeluaran kita melebihi penghasilan, maka tidak akan pernah cukup.

Mungkin anda tidak akan percaya, tapi saya mengenal dan tahu masih banyak orang yang penghasilannya sudah 3 digit (red : ratusan juta) tapi pada akhirnya bangkrut dan harus hidup pas pasan kalau tidak mau disebut kekurangan.

Living below your means adalah dasar utama sebelum mencapai Financial independence . Mau anda seorang selebritis dengan tarif ratusan juta per tampil ataupun buruh pabrik dengan gaji UMR, selama kita bisa menjaga lifestyle dan kebutuhan hidup dibawah penghasilan net kita, maka kita akan menuju Financial independence pada suatu titik waktu.

Tantangannya adalah untuk menjaga pengeluaran, gaya hidup, dan dengan memulai untuk mencatat dan mengalokasikan semua pengeluaran dan kebutuhan kita kemudian disiplin dengan alokasi alokasi yang sudah dibuat.Saat ini sudah banyak aplikasi di Android maupun iPhone untuk membantu kita.
Kalau saat ini pengeluaran anda sudah mencapai 100% atau bahkan lebih dari penghasilan anda, coba mulai dengan menurunkan setidaknya 5% terlebih dahulu (saya bahkan memulai dengan 2 persen), baru kemudian ditingkatkan perlahan hingga level 20 – 40%. Dengan mulai dari kecil terlebih dahulu (mulai dari 5 %) ini tidak akan membuat perbedaan yang signifikan dengan gaya hidup anda sebelumya.Lalu ketika kita mulai terbiasa disiplin dengan pengaturan uang yang sudah dialokasikan, maka anda akan akan bisa membuat keputusan yang lebih cerdas tentang apa yang akan kita lakukan dengan uang kita nantinya.

Mengenai kemana sisa uang yang kita hasilkan disimpan, saya bisa sarankan banyak sekali pilihan tabungan dan investasi (red : akan dibahas di artikel berikutnya). Tapi kembali lagi tantangan  yang terberat adalah disiplin dalam penggunaan alokasi keuangan kita. Saat kita sudah mulai terbiasa, kuncinya adalah meningkatkan porsi net income (Penghasilan - pengeluaran) kemudian mempertahankannya di kisaran 20 – 40%.

20 - 40 % terdengar berat tapi coba lihat lagi beberapa hal hal ini :
  •  Apa kita memang perlu mobil/motor baru? Secara statistik harga mobil/motor second di tahun pertama jatuh 25% dari harga jualnya. Kalau kita membeli dengan cara kredit,maka membeli kendaraan second tentunya cukup signifikan mengurangi biaya cicilan per bulan. Dan kalau kita membeli dengan cash,maka kita baru saja melakukan penghematan 25%, yang bisa dialokasikan untuk meningkatkan investasi atau tabungan kita.
  • Black coffee di starbucks setiap pagi? Well..itu Rp.35.000, selama sebulan kurang lebih sama dengan Rp.780.000. 
  • Jajan saat liburan atau week end?sekali makan untuk satu orang di restoran cepat saji berkisar Rp. 35.000 – Rp.50.000. Itu sekitar Rp.300.000 selama sebulan.
  •  Membeli makan siang di kantor  sekitar Rp.15.000 – Rp.25.000 sehari. Itu sekitar Rp.300.000 perbulan. Bisa dikurangi dengan membawa bekal dari rumah.

Itu hanya beberapa contoh saja, anda bisa jauh lebih kreatif untuk memulai “living below your means”. Tapi saat anda terbiasa maka “you’re on the right track” untuk menuju kebebsan finansial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Escape the Rat Race”

Pertengahan tahun 2017 adalah momentum ketika saya merasakan ada yang salah dengan kondisi keuangan saya. Well sebagai background, sebenarnya keluarga kami bisa dibilang “berkecukupan” dan “beruntung”, double income dari saya dan istri, rumah sudah punya dan tidak lagi berhutang KPR, mobil?? hmmm...karena dulu ingin mendapatkan penghasilan tambahan akhirnya di bisnis kan untuk taksi online (dan juga beli dengan cara cash). Bahkan income gabungan keluarga kami bisa dibilang lumayan”lah”, tidak besar besar amat tapi juga ga bisa dibilang menengah (Pendapan per kapita Indonesia 2017 US$13.120 – Source : http://finansial.bisnis.com/read/20180107/9/723969/pendapatan-per-kapita-indonesia-hanya-tempati-peringkat-kelima-di-asia-tenggara ). Lalu kenapa saya mendadak “tercerahkan” lebih karena walaupun dengan pendapatan yang lumayan kok rasanya “uang ga pernah cukup ya?”. Bahasa inggris nya “ living paycheck to paycheck ”, tiap gajian ya habis buat keperluan bulanan, bayar kartu kredit, ja...